Pagi itu (24/05/2012) hujan mengguyur kota watampone, saat kami sudah seharusnya berangkat ke lokasi pertemuan. Sesuai janji dengan Pimpinan Sekolah SMP 1 Tonra, kegiatan sosialisasi dimulai pukul 10 pagi. Saya mencoba menghubungi Fasilitator Desa, A.Asmiaty yang kebetulan adalah guru di sekolah itu, untuk menyampaikan kemungkinan terlambat tiba karena kendala hujan. Dia juga mengatakan kondisi yang sama di daerah yang berjarak kurang lebih 50 Km ke arah selatan kota Watampone tersebut.
Asmiati meminta kami untuk mencari cara agar bisa datang tepat waktu, karena para guru dan siswa sudah disampaikan akan ada kegiatan sosialisasi tentang perubahan iklim dari CARE Indonesia.
Setelah berembug dengan Aliyas (CF), kami putuskan untuk tetap berangkat dengan kondisi akan kebasahan karena jas hujan yang kami pinjam tak mampu melindungi kami berdua secara utuh. Setelah menunggu hingga pukul 09.00, hujan tak juga reda, kamipun berangkat. Dengan mengendarai motor “Revo” pemberian kantor, saya membonceng aliyas (motor aliyas dititip disebuah rumah) menuju lokasi dengan terlebih dahulu membungkus tas laptop dengan kantung plastik.
Mempertimbangkan jalanan yang licin dan jarak pandang yang terbatas terganggu tempasan air, motorpun melaju perlahan. Perjalanan terasa panjang dan dingin. Jarak tempuh normal yang memakan waktu sejam kami capai hampir satu setengah jam. Sebelumnya, kami kabarkan ke pihak sekolah bahwa kami sudah dalam perjalanan.
Pukul 10,30 kami tiba di sekolah, dimana anak-anak sekolah yang berminat mengikuti sosialisasi sudah mulai berkumpul dan siap-siap menuju musholla yang menjadi tempat pertemuan. Kawan-kawan Fasilitator Desa juga sudah menunggu, seperti Sumardi (Fasilitator Kecamatan Tonra), Asmiaty & Mursalin (Fasdes Bulu-bulu), Ridwan & Harmony (Fasdes Ujunge).
Asmiaty kemudian mengantar kami ke Musholla sambil melaporkan kesiapan pelaksanaan. Musholla yang tidak sempat kami tanyakan namanya itu, berukuran 10x12 meter dan mampu memuat ratusan orang. Sejumlah peralatan sosialisasi seperti soundsystem, LCD dan layar juga sudah disiapkan ditaruh disudut musholla.
Wakil Kepala Sekolah, Sabaruddin yang mewakili Kepala Sekolah-Abdul Azis yang sedang mengikuti Rakor di kantor kecamatan, menyambut kami dan mempersilakan mengambil tempat di depan. Saya dan Aliyas segera berbenah mengeluarkan perlengkapan sosialisasi seperti laptop, bahan bacaan dan absensi. Di depan kami, puluhan siswa dan siswi telah mengambil posisi duduk menghadap ke depan. Dari jumlahnya, kelihatan siswa perempuan lebih banyak dari siswa laki-laki.
Hujan masih turun walaupun tidak sederas sebelumnya, saat kegiatan sosialisasi dimulai. Asmiaty bertindak sebagai protokol mengucapkan selamat datang kepada kami yang disebutnya rombongan dari kabupaten. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan kepada seluruh hadirin, Asmiaty mempersilakan kepada Wakil Kepala Sekolah untuk memberikan sambutan penerimaan.
“Atas nama Pimpinan, guru dan siswa SMP 1 Tonra mengucapkan selamat datang kepada rombongan CARE. Kami sangat berterimakasih atas adanya kegiatan ini, karena ilmu pengetahuan tentang perubahan iklim sangat terbatas yang kami tahu, mudah-mudahan melalui kegiatan ini kita semua dapat menambah pengetahuan tentang perubahan iklim.’’sapanya.
Kepada para siswa, Sabaraddin berpesan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut dengan baik. “Kepada anak-anakku, simaklah dengan baik apa yang akan disampaikan nanti, karena akan bermanfaat buat masa depan kalian,” sarannya kepada para siswa yang memadatai ruangan musholla.
Selanjutnya, Asmiaty mempersilakan kepada kami untuk memulai acara. Dengan didampingi Sumardi (Fasilitator Kecamatan) saya memulai acara sosialisasi dengan memutar sebuah video tentang perubahan iklim yang diunggah dari You Tube. Aliyas bersama Fasilitator Desa lainnya (Mursalin dan Ridwan) membagikan absensi kepada para siswa. Ada sekitar 3 buah tayangan video yang kami putar terkait Informasi Perubahan iklim seperti faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, dampak perubahan iklim, dan cara menghadapinya.
Para siswa menyimak dengan seksama setiap episode tayangan sambil membuat catatan apa yang diamatinya. Sepertinya, mereka sudah mendapatkan petunjuk dan tugas dari gurunya agar melakukan pencatatan.
Untuk mengetahui apakah para siswa memahami apa yang ditontonnya, Fasilitator Rahman meminta beberapa siswa untuk menceritakan ulang apa yang telah disaksikannya. Awalnya mereka malu-malu dan sungkan untuk mengangkat tangan menjawab pertanyaan yang diajukan. Namun, setelah ada satu dua orang yang memulai memberikan jawaban dan diapresiasi dengan memberikan tepuk tangan kepada setiap penanggap, akhirnya situasi mulai cair, dan para siswa secara sukarela mengacungkan tangan berlomba-lomba memberikan tanggapan.
Seorang siswi bernama Rafidah, Kelas VII A menceritakan kembali apa yang ditotontonnya, “Saya melihat sebuah contoh keluarga yang sangat boros menggunakan energi listrik dan air,” katanya.
Sementara siswi lainnya menceritakan dampak perubahan iklim yang mengakibatkan banjir dan kekeringan, ada juga yang tertarik dengan solusi yang ditawarkan pada tayangan tersebut, seperti hemat listrik dan air.
Bahkan salah seorang siswa menyampaikan cita-citanya yang akan menjadi dokter karena melihat dampak perubahan iklim yang telah menimbulkan berbagai penyakit. “saya mau jadi dokter pak, agar bisa mengobati penyakit yang menimpa masyarakat akibat dampak perubahan iklim.”
Sungguh mengharukan melihat antusiasme para siswa yang mampu menangkap isi dan makna pesan-pesan dari film yang ditayangkan.
Pak Sabaruddin, Wakil Kepala Sekolah SMP 1 Tonra mengakui bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan contoh melalui tayangan film dan video, efektif mudah dipahami dan bisa menggugah kesadaran murid untuk berperilaku ramah pada lingkungan.
“jika tidak keberatan, kami minta dicopykan film-film yang ditayangkan tadi,” pintanya.
Menariknya lagi, Kepala Sekolah Abdul Azis yang datang belakangan bermaksud untuk memprogramkan Sekolah bebas polusi. “Disekolah ini, cukup banyak guru dan murid yang menggunakan kendaraan bermotor ke sekolah, kita bisa memulai membangun kesadaran bersama untuk tidak membunyikan motor saat memasuki lingkungan sekolah.”ceritanya.
Kami menyambut keinginan baik dari Kepala Sekolah. Abdul Azis bahkan meminta kami mendampingi bagaimana konsep Sekolah Bebas Polusi itu bisa diimplementasikan.(RaRa, 25.05.2012).
Posting Komentar