BREAKING NEWS

Profil

Berita Acara

Bappeda Bone

Selasa, 27 Agustus 2013

Pembelajaran Cross Visit Learning di Thailand by Irwansyah Syahruddin


Judul : Implementasi Green Economy di tataran masyarakat lokal di Thailand
Oleh : Irwansyah Syahruddin (perwakilan Pemkab Bone)

Saya ingin mengawali tulisan dengan menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada CARE International yang telah memberangkatkan kami ke Thailand, khususnya lokasi project BCR CC, karena ternyata banyak sekali benchmark, praktek cerdas maupun inovasi yang dapat kami lihat, kami pelajari serta menginspirasi kami untuk melakukan replikasi dalam pelaksanaannya di masyarakat kabupaten Bone.

Thailand adalah salah satu negara di Asean yang terkenal sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi adat budaya dan agama yang mereka anut, dan hal ini termanifestasikan dari perilaku masyarakatnya dalam bentuk etos kerja, kejujuran, kedisiplinan serta loyalitas terhadap Raja dan pemerintahnya yang begitu kuat. 

Kesan ini tentu saja tidak muncul secara tiba-tiba atau berbasis cerita para pendamping kami di Raksthai tapi hal ini saya buktikan sendiri. HP saya yang teringgal di hotel dan ditemukan oleh petugas hotel kemudian dilaporkan ke Raks Thai untuk disampaikan ke saya.
Hal menarik lainnya adalah kedisiplinan mereka terhadap waktu dan agenda kegiatan. Yang membuat saya iri dan bertanya dalam hati “kapan ya negara, pemerintah dan masyarakat kami bisa juga seperti itu?”.

Namun demikian, seperti halnya beberapa negara di kawasan Asia lainnya, Thailand juga menyimpan beberapa persoalan,  diantaranya potensi konflik antar warga negara dan pemerintah juga kadang terjadi. Infiltrasi budaya dari negara lain, karena begitu massivenya pemerintah Thailand mengembangkan sektor ‘tourism’ juga menyimpan ‘bom waktu’ yang setiap saat bisa menghancurkan pondasi utama bangunan pemerintahan Thailand yang sangat kukuh menjaga adat dan budayanya, ditambah lagi ancaman perubahan iklim yang sangat ekstrim.

Terkait dengan beberapa persoalan tersebut, pemerintah Thailand mulai dari level pemerintah pusat, provinsi (changwat), kabupaten (amphe), kecamatan (thambhon) dan desa (mubhan) telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi hal-hal tersebut. Dan khusus mengenai adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim itulah yang akan kami uraikan sebagai “good lesson learning” selama 5 hari 4 malam selam kami berada di Thailand.

A.      Upaya Pemerintah dan Masyarakat Lokal dalam membangun ketahanan masyarakat pesisir untuk Climate Change sekaligus perbaikan kesejahteraan masyarakat setempat (Kasus Provinsi Trang dan Krabi).


Berfoto bersama di depan kantor kecamatan Hadsamran Provinsi Trang
Selasa, 20 Agustus 2013.
Kunjungan pertama peserta Cross Visit dari Indonesia adalah Provinsi Trang, tepatnya di kantor kecamatan HADSAMRAN. Di sini kami diterima oleh Camat dan perangkat kecamatan, serta Fasilitator dari Raks Thai.

Pelajaran penting yang kami temui di sini adalah kebersamaan yang dibangun antara Pemerintah dengan Fasilitator BCR CC Thailand yang sudah terbangun dengan baik, sehingga Program BCR CC di kecamatan ini telah memberi dampak terhadap pengelolaan potensi alam setempat untuk ketahanan masyarakat pesisir, bukan hanya untuk mengantisipasi Climate Change tetapi juga untuk menambah pendapatan masyarakat, dalam bentuk pengelolaan mangrove yang setidaknya memiliki dua fungsi yakni mengantisipasi erosi dan intrusi air laut dan yang kedua untuk menambah pendapatan masyarakat, di mana di lokasi mangrove juga dijadikan lokasi budidaya ikan, udang dan kepiting.

Khusus untuk lokasi mangrove masyarakat, penataannya diatur oleh pemerintah. Mereka boleh menebang pohon tapi atas seizin pemerintah kecamatan dan Desa, tetapi setelah itu diharuskan menanam 5 batang pohon bakau di sekitarnya, di mana bibitnya sudah disiapkan pemerintah di area tersebut. Begitu pula dengan komoditi lainnya bisa dinikmati warga.
 
Berkunjung ke Project Crab Bank di Tasay sub district
Di kecamatan HADSAMRAN, kami juga mengunjungi salah satu lokasi Crab Bank atau tempat budidaya dan restorasi kepiting milik kelompok masyarakat yang berada di pesisir laut. Adapun yang menarik di lokasi ini adalah inisiatif masyarakat untuk melestarikan kepiting (jenis rajungan) agar tidak mengalami kepunahan serta menjaga wilayah pesisir mereka dari tindakan pihak luar untuk melakukan ilegal fishing.
Di desa tersebut (lokasi Crab Bank) ada satu kelompok masyarakat yang melakukan upaya penangkaran bibit kepiting, mengatur nelayan untuk tidak menjual kepiting bertelur serta menjaga ekosistem lingkungan setempat untuk menambah pendapatan masyarakatnya.

Berdiskusi dengan Komunitas Tasay dan Tha Kam Sub District-Mangrove Managemen Station
Setelah mengunjungi tiga lokasi di kecamatan HADSAMRAN. Selanjutnya kami berpindah ke Kecamatan  TASAY untuk menemui kelompok warga yang melakukan Managemen Advokasi, pendidikan dan penyadaran sekaligus melakukan aktivitas pelestarian mangrove di desanya.

Di tempat ini atas inisiatif warga dibantu oleh beberapa lembaga international, nasional dan lokal, mereka telah memiliki sanggar tempat belajar tentang mangrove yang pesertanya dari semua kalangan.
Di kelompok yang beranggotakan 12 orang ini, bukan hanya kamu laki-laki terlibat tetapi juga ada beberapa kaum perempuan. Yang menarik di kelompok ini adalah mereka sudah sangat menyadari ancaman perubahan iklim yang kemudian mendorong mereka untuk membangun ketahanan pesisir melalui pelestarian mangrove dan hal ini sudah mulai diwariskan ke generasi berikutnya dengan mengajari kalangan anak-anak dan remaja akan pentingnya menjaga lingkungan untuk tetap survive sekaligus (lagi-lagi) menambah kemampuan ekonomi keluarga.

Dengan jumlah anggota yang sangat terbatas dan jumlah warga yang juga terbatas, mereka telah mampu menanami lokasi yang pernah terkena dampak tsunami seluar 3,2 hektar, dan selanjutnya sudah menyiapkan pembibitan untuk beberapa species mangrove guna menyelesaikan target konservasi mereka seluar 32 hektar lagi.

Pelajaran penting lainnya yang kami dapatkan di tempat ini adalah adanya inisiatif lokal yang menjadi penggerak perubahan, yang menurut beberapa rekan peserta, kalau di Indonesia mereka layak dapat kalpataru.

Rabu, 21 Agustus 2013
Hari ketiga kami di Thailand adalah melanjutkan perjalanan ke provinsi KRABI. Sebuah provinsi di selatan Thailand yang wilayahnya sangat eksotik, penduduknya sangat bersahabat. Provinsi KRABI adalah provinsi di Thailand dengan penduduk Muslim terbesar. Provinsi ini juga merupakan salah satu destinasi wisata utama di Thailand, tak heran bila kita jalan-jalan di sekitar Kota Aonang-salah satu wilayah pesisir di Krabi, banyak sekali ditemui turis yang berkeliaran.


Kunjungan di provinsi KRABI diawali di kecamatan KHLONG YANG, sebuah kecamatan yang hampir 98 % penduduknya Muslim. Pertemuan kami dengan warga desa juga sangat menarik karena dilakukan di tengah perkebunan sawit. Di desa ini kami melihat aktivitas warga menanam mangrove untuk mencegah erosi air laut yang telah menenggelamkan sebagian wilayah dan mengancam kehidupan serta mata pencaharian masyarakat yang didominasi perkebunan sawit dan pertambakan.
Mendapatkan penjelasan mengenai gambaran project mangrove restoration dari komunitas Klongyang sub district
 
Pelajaran penting yang kami dapat adalah bahwa masyarakat sudah sangat menyadari akan terjadinya Climate Change serta dampaknya bagi keberlanjutan kehidupan mereka, sehingga mereka tergerak untuk bahu membahu melakukan segala daya upaya untuk mengatasi hal tersebut dan pemerintah setempat sangat mendukung hal tersebut sehingga terjadi sinergi di tambah lagi keberadaan Program BCR CC yang kemudian melengkapi berbagai upaya tersebut.

Satu hal lagi yang saya yakin sangat jauh berbeda dengan kita di Indonesia, bahwa masyarakat sangat memahami “bahwa pelestarian lingkungan berdampak sangat penting bagi perbaikan pendapatan keluarga mereka”.

Berfoto bersama di lokasi project mangrove restoration di Klongyang subdistrict
Selepas pertemuan di tengah hutan sawit, kami melanjutkan ramah tamah di pusat kegiatan masyarakat. Di tempat ini, di samping tersedia sanggar kegiatan belajar masyarakat, juga terdapat masjid yang berperan pula sebagai madrasah yang digunakan anak-anak untuk belajar agama setiap sabtu dan minggu.

Hal menarik lainnya, bahwa upaya konservasi lingkungan termasuk penanama mangrove menjadi kurikulum di tingkat SD, di mana pembelajarannya tidak hanya di dapat di kelas, tapi juga dengan praktek langsung di lapangan.
Di tempat ini juga, kami makan siang bersama warga, dihadiri pemerintah kecamatan dengan suasana yag sangat akrab dan penuh kekeluargaan.
 
Proses diskusi dengan Pemerintah dan Komunitas Klong Prasong sub district tentang Fish House Project
Sehabis melakukan kunjungan di kecamatan KLONGYANG, kami lanjut ke kecamatan KLONG PRASONG yang berlokasi di pesisir pantai yang langsung berhubungan dengan laut Andaman. Di tempat ini, kami bertemu dengan Camat Klongyang dan unsur perwakilan pemerintah yang dipilih langsung oleh masyarakat maupun kelompok pelayanan yang membangun ‘fish house’.
Fish House ini adalah areal konservasi ikan untuk menjaga populasi ikan di pesisir wilayah, tetapi dapat memenuhi kebutuhan warga setempat. Fish house ini dibangun, karena para nelayan mengalami kondisi traumatik untuk menangkap ikan jauh ke tengah laut sehingga dengan keberadaan wilayah konservasi ini di areal pesisir tetap tersedia cukup banyak ikan untuk ditangkap nelayan.

Pelajaran penting di tempat ini adalah lagi-lagi tingginya kesadaran warga terhadap ancaman Climate Change yang kemudian mendorong mereka untuk mencari solusi terbaik yang selanjutnya menjadi inovasi yang patut dicontoh melalui Fish House.
 
Berfoto bersama dengan pemerintah dan komunitas Klong Prasong Sub district
Hal sangat menarik lainnya adalah bahwa pola “green economy” berdampak bagi perbaikan ekonomi warga, di mana terlihat bahwa hampir di semua rumah warga selalu terlihat di garasi mereka mobil keluaran terbaru, bahkan yang membuat saya tercengang adalah Camatnya menggunakan kendaraan dinas merek Mercy E320, hmmm...mobil Camat di Bone hanya Kijang Expo keluaran tahun 2003. “Kapan ya pemerintah dan masyarakat kita bisa sejahtera seperti mereka?”, itulah kata-kata yang selalu muncul di benak saya di sepanjang perjalanan menuju kota KRABI.

Kamis, 22 Agustus 2013
Kunjungan hari keempat diawali dengan meeting bersama Pemerintah Provinsi Krabi di kantor Gubernur KRABI. 
Berdiskusi Perencanaan Pembangunan dengan Gubernur Krabi
  
Di tempat ini, kami diterima oleh Gubernur, Wakil Gubernur urusan penanganan lingkungan, serta Kepala Badan penanggulangan bencana provinsi Krabi. Sambutan Gubernur dan perangkatnya sangat ramah dan baik, walaupun ketika pertama bertemu dengan beliau terbersit dalam fikiran saya Pak Gubernur Krabi, mirip eyang subur ya?...hehehe. Tapi Pak Gubernur ini lain loh dan kata Miss Fonn pendaping kami dari Raks Thai, sangat suprise kami bisa ketemu langsung dengan beliau karena selama ini beliau sangat sibuk (“Itulah hebatnya CARE International,” kata saya dalam hati...hehehe)

Pertemuan kami di ruangan rapat gubernuran berlangsung sekitar 40 menit, di mana pertemuan diawali dengan perkenalan dari mereka dan selanjutnya dari rombongan Raks Thai dan Indonesia. Beliau (Gubernur) menjelaskan program-program yang dijalankan oleh pemerintah provinsi Krabi yang fokus pada sektor kepariwisataan, pertanian, perkebunan, dan perikanan, serta tentu saja untuk mendukung kesiapan pemerintah dan masyarakat terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim  dan program konservasi lingkungan diintegrasikan dalam perencanaan mereka mulai dari tahap perencanaan jangka panjang (kurun waktu 5 tahun), jangka menengah (3 tahun), dan jangka pendek (1 tahun).

Berfoto bersama dengan Pejabat Provinsi Krabi
Di tempat ini saya sempat terkejut ketika Pak Gubernur menanyai kami tentang langkah pemerintah Indonesia terhadap kebakaran hutan di Sumatera. Supaya tidak terkesan mati bola, saya jawab dengan santai (just a joke) bahwa hal ini memang menjadi problem utama dihadapi pemerintah Indonesia, dan pemerintah kami tetap melakukan langkah-langkah antisipasi untuk itu, tapi masalah ini terkadang juga membanggakan kami karena untuk mengalahkan malasyia dan singapura yang sering “nakal” ke Indonesia, maka tidak perlu menggunakan kekuatan bersenjata tapi cukup dengan mengeluarkan asap di hutan sumatera yang membuat Miss Fonn dan Gubernur mesem-mesem (kena loh...hehehe).

Apa yang disampaikan oleh Gubernur Krabi tentang fokus pemerintahannya pada beberapa sektor khususnya tourism memang sangat terasa ketika kami berkeliling seputar Krabi. Kota ditata sangat baik, kondisinya juga sangat aman dan nyaman. Ruang-ruang publik dimenej dengan apik dan bersih serta sangat terawat. Ini berdampak pada kualitas hidup masyarakat yang kelihatan relatif sejahtera.

Di provinsi ini tidak ada taksi dan pete-pete kecuali kendaraan sejenis Bentor (Becak motor) dan bus pariwisata untuk turis. Hal ini karena hampir semua warga memiliki kendaraan pribadi. Tapi jangan takut macet karena jalan-jalan mereka sangat lebar dan penataan lalu lintas yang sangat baik.

Pelajaran penting dari hal ini adalah komitmen pemerintahnya yang sangat kuat terhadap pembangunan daerahnya, sreta satunya kata dengan perbuatan yang selalu menyertai perilaku pemimpin, sehingga menjadi teladan bagi warganya. Coba bandingkan dengan pemimpin lokal kita sebelum terpilih janji ditebar, tapi setelah terpilih jaring ditebar untuk mencari peluang mencari keuntungan pribadi dan golongan...kasiaaannn.

Sehabis meeting dengan Gubernur Krabi, kami melanjutkan perjalanan yang tak kalah mengesankannya, yakni menuju kecamatan Khlong Prasong. Perjalanan menuju wilayah ini ditempuh dengan menggunakan perahu khas Thailand, sejenis “katinting” kalau di Bone. Kecamatan pesisir ini sangat terkenal sebagai wilayah konservasi lingkungan terbaik di Thailand sekaligus obyek wisata mitigasi bencana.
Naik perahu ke Klog Prasong Sub district



Di tempat ini, kami bertemu dengan pemerintah kecamatan dan berdiskusi di kantor mereka. Yang menarik di tempat ini adalah semua perangkatnya sangat “darwis” alias sadar wisata. Bayangkan saja, mereka sudah menyiapkan warganya untuk menghadapi Asean Economic Community tahun 2015, salah satunya dengan memprogramkan kursus bahasa. Sebab mereka sadar di tahun-tahun kedepannya, akan banyak kunjungan dari negara-negara Asean ke daerahnya yang harus mulai dipersiapkan (luar biasa, dan sepertinya di negara kita : “jangankan pemerintah kecamatan yang berfikir seperti itu, pemerintah provinsi kita saja belum pernah terfikir akan hal itu).

Berdiskusi bersama dengan Pemerintah Klong Prasong Sub District
Pelajaran penting lainnya adalah karena potensi yang begitu besar yang dimiliki kecamatan tersebut yang daerahnya sangat rawan bencana (rumah warga di pesisir sudah empat kali berpindah, karena erosi daratan) dikelola dengan sangat baik dan membuat semua warganya mencari cara untuk mengantisipasinya, yang kemudian secara bersama membangun pertahanan melalui pembuatan “tembok penahan” tsunami, arus pasang, serta badai topan yang terbuat dari bambu sebagai penahan terluar dan selanjutnya penanaman mangrove pada lapisan kedua dan tempok (block water) pada lapisan ketiga. 

Ketiga “tembok penahan” tersebut diupayakan dan dikelola secara bersama antara kelompok masyarakat, pemerintah desa dan kecamatan, dan yang mencengangkan  adalah penggeraknya adalah kaum perempuan (ckckck....angkat dua jempol untuk mereka), dan itu termanifestasi di foto saya atas kekaguman saya terhadap kesadaran mereka). Dan yang paling menarik juga adalah apa yang mereka tanam berupa mangrove memberi nilai tambah karena batangnya bisa diolah dan buahnya diolah jadi sejenis minuman yang sempat kami cicipi.

Berfoto bersama dengan Komunitas yang melaksanakan aktvitas Bamboo Wall di Klong Prasong sub district

Apa yang dijelaskan oleh Camat kepada kami tentang pentingnya sektor pariwisata di tempat ini sangat jelas terlihat dari banyaknya wisatawan yang data ke desa ini untuk melihat eksotisme desanya, agrotourism serta sajian kuliner seafood dari beberapa jenis spesies hasil laut yang langka. Wajar kemudian, ketika kami makan di pinggir sungai banyak sekali yang datang, baik dengan menumpang perahu ‘katinting’ tak henti-hentinya decak kagum terlontar dalam hati dan fikiran saya, luar biasa... ini pelajaran yang sangat “excitied”.

Sehabis mengunjungi kecamatan Khlong Prasong, kami kembali berkeliling seputar Krabi sambil menanti jadwal keberangkatan kami kembali ke kota Bangkok.
Berfoto di depan restoran terapung yang banyak dikunjungi turis mancanegara di Klong Prasong Sub district
Sekali lagi kami dibuat kagum dengan kondisi lingkungan kota Krabi yang sangat bersih, tertata rapi, dan tidak ditemukan perkampungan “kumis-kumuh dan miskin”, tidak ada jajaran ruko yang semrawut, and finally dengan alunan nyanyian lagu “Jason Mraz-I am yours” yang diputar di laptop Ibu Etty (pendamping dari CARE Jakarta),   mengantarkan kami menuju Bandara Krabi yang sekaligus sebagai akhir kunjungan indah dan mengesankan bagi kami di provinsi Trang dan Krabi....and journey was continue at bangkok city, “bangkok..here I come”.

B.       Catatan Lain Perjalanan Cross Visit (Kesan pada Managemen Perjalanan dan Pelayanan Raks Thai).
Di bagian sebelumnya dari tulisan saya tentang perjalanan kami di Thailand yang sangat excited, good learning, happiness and filicity, tentu hanya bisa dicapai apabila penataan skedul dan sarana & prasarana pendukungnya juga baik.
Berikut beberapa catatan tentang kesan kami terkait manajemen perjalanan dan pelayanan pihak Raks Thai :
1)      Manajemen perjalanan mulai dari persiapan pemberangkatan di Bone hingga Makassar well informated sehingga peserta dapat menyiapkan segala keperluan untuk keberangkatan.
2)      Keberangkatan dari Makassar sampai ke Thailand begitu pula kembalinya dari Bangkok sampai Makassar yang dikoordinir oleh CARE International Indonesia sangat profesional, walaupun keberangkatan pesawat Garuda dari Makassar ke Jakarta sempat delay 2,5 jam yang membuat kami harus berjalan cepat mengejar final call pesawat Garuda menuju Bangkok.  Tapi secara keseluruhan manajemen perjalanan dan pendampingan teman-teman CARE Indonesia sangat baik.
3)      Pelayanan teman-teman Raks Thai selama di Provinsi Trang dan Krabi juga sangat baik, bersahabat dan penuh kekeluargaan, walaupun ada kendala komunikasi antar peserta dan Raks Thai tapi berkat sinergi dan sikap bersahabat kedua pihak semuanya berjalan sangat baik.
4)      Jadwal yang disusun sangat baik dan terstruktur yang mampu mendukung daya serap dan pemahaman kami terhadap obyek-obyek yang kami kunjungi.
5)      Fasilitas perjalanan mulai dari penjemputan di airport Svharnabumi Bangkok, sampai ke akhir perjalanan di Bangkok sangat baik dan layak, supir yang mengantarpun sangat ramah dan bersahabat. Bahkan, terkadang “memaksa” kami bercakap-cakap dengannya dengan dua bahasa yang berbeda, sehingga pasti tidak nyambung (hehehe), tapi hal itu justru memberi warna yang lain dari perjalan kami.
6)      Fasilitas pesawat yang kami tumpangi mulai dari Jakarta-Bangkok-Trang-Krabi-Bangkok-Jakarta, sangat baik on schedule khususnya pesawat di Thailand. Serta yang menarik, saya baru menemukan Cabin Crew Air Asia yang mengajak penumpangnya dialog sesaat sebelum pesawat take off, lucu dan excited.
7)      Penerimaan pemerintah lokal, kelompok masyarakat dan individu di Trang dan Krabi province sangat baik, ramah dan bersahabat.
8)      Fasilitas pendukung kegiatan khususnya di Trang dan Krabi cukup representative, natural dan jauh dari kesan rekayasa. (biasanya kalau kita di Indonesia, terkadang kita melebih-lebihkan sesuatu ketika menerima tamu).
9)      Walaupun secara umum semua manajemen pelayanan sangat baik, namun masih ada sedikit keluhan dari kami yakni persoalan komunikasi yang masih sering terkendala, serta padatnya jadwal kunjungan sehingga kadang-kadang kami kehilangan fokus di akhir-ahir kunjungan setiap harinya.

Berbagai kesan ini mungkin bisa jadi contoh bagi CARE International Indonesia ketika menerima rombongan Cross Visit dari Thailand.

Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai laporan pembelajaran perjalanan cross visit ke Thailand dan kesan mendalam yang kami rasakan. Sekali lagi terima kasih telah mengikutsertakan saya dalam perjalanan luar biasa ini.

Salam,

Irwansyah Syahruddin
(Seperti yang diceritakan via wechat oleh pak Irwansyah kepada Rahman Ramlan-DF Bone)























Posting Komentar

 
Copyright © 2012 API BONE
apibone@yahoo.com /e-mail