BREAKING NEWS

Profil

Berita Acara

Bappeda Bone

Kamis, 12 April 2012

Perjalanan Menuju Bone

Watampone, 16 Mei 2011.

Setelah 3 minggu lamanya, bergabung di program BCR CC, sejak tanggal 25 April 2011, akhirnya tiba saatnya untuk terjun ke lokasi yang menjadi wilayah dampingan saya yakni di kabupaten Bone.
Keberangkatan saya di awali dari kantor CARE Makassar sebagai Base sementara program, sambil menunggu ditetapkannya kantor baru  yang akan bermarkas di Kota Palopo.
Sore itu, sekitar pukul 17.00 (16 Mei 2011) setelah berpamitan dengan PM (Pak Leonardy, dan kawan-kawan CARE) saya diantar oleh Sopir kantor-Pak Masykur dari kantor CARE di jalan Domba 34 Makassar menuju Terminal Daya Maros, informasi itu sesuai petunjuk dari kawan-kawan yang pernah ke Bone. Mobil yang mengantar saya tidak perlu masuk ke Terminal, karena di pinggir jalan, telah ada beberapa mobil penumpang yang menawarkan tumpangan, dan saya memilih salah satu mobil penumpang umum merek “Panther” yang telah berisi beberapa orang penumpang.
Mobil tidak langsung berangkat ke Bone, karena harus menjemput penumpang yang telah mendaftar sebelumnya. Perjalanan dimulai menjelang maghrib, dan beristirahat sekitar pukul 7 malam di salah satu rumah makan di pinggir jalan Poros Camba KM 14.
Sepanjang jalan saya coba menikmati perjalanan, namun terganggu oleh gelapnya malam, sehingga tidak bisa melihat dengan jelas sesuai yang saya harapkan. Perjalanan di sepanjang Jalan Poros Camba Maros cukup menantang bagi sopir, karena terdapat banyak kelokan tajam, yang kadang harus berhenti pelan dan menepi bila ada kendaraan dari arah depan, apalagi bila berpapasan dengan mobil truk atau mobil tangki.
Perjalanan melewati Jalan Poros Camba memakan waktu sekitar 3 jam, sebelum memasuki wilayah kabupaten Bone. Hanya satu kali mobil berhenti, saat mampir di sebuah masjid untuk buang air kecil.
Di dalam mobil yang saya tumpangi, terisi 8 orang penumpang, yaitu : 2 orang sepasang suami isteri duduk didepan disamping sopir, di tengah – duduk 3 orang termasuk saya, dan dibelakang juga 3 orang termasuk sopir cadangan.
Saya coba membangun komunikasi dengan para penumpang untuk menghilangkan kekakuan sepanjang jalan. Awalnya, kami semua saling berdiam diri, dan sibuk dengan fikiran masing-masing, bahkan ada yang tertidur. Saya mencoba memejamkan mata, tapi tak bisa karena bisingnya suara musik dari perangkat audio mobil. Untung lagu-lagunya enak di dengar sehingga bisa turut menikmatinya. Maklum lagu-lagunya cukup akrab di telinga yang dilantunkan oleh Band-Band atau artis terkenal Indonesia.
Pembicaraan dimulai ketika menerima kiriman SMS dari Aliyas-VF Bone yang mengarahkan saya sejak berangkat hingga ke tujuan. “Sekarang kita ada dimana Pak”?, tanya saya ke Sopir yang mengendarai mobil dengan cekatan. Salah seorang penumpang disisi kanan saya yang menjawab bahwa masih berada di wilayah kabupaten Maros. “Bapak mau kemana. Apakah baru pertama kali ke Bone?”, tanya pak Surianto, yang kemudian saya kenal namanya setelah berkenalan. Saya lalu menceritakan, bahwa ini pertama kalinya saya ke Kabupaten Bone dan akan turun di Bajoe-depan SMA 5 Watampone (sesuai petunjuk SMS dari Aliyas).
“Wah, itu masih cukup jauh pak, masih 2 jam-an lagi”, sambung salah seorang penumpang yang duduk di kursi belakang.
“Bapak, dari mana dan ada urusan apa ke Bone?”, tanya pak Surianto yang kemudian menjadi kawan bicara saya sepanjang jalan. Rupanya dia adalah seorang PNS yang baru saja mengikuti pertemuan di tingkat Provinsi. Kesehariannya, bekerja di kantor SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) kab. Bone dan menjabat sebagai wakil Kepala (Pelaksana Tugas), karena Kepala SKB-nya adalah isteri dari Ketua DPRD Bone, yang lebih sibuk dengan urusan lainnya-utamanya mendampingi suami.
“Asal saya dari Bantaeng Pak, datang ke Bone untuk penelitian.”, jawab saya, mencoba menutupi maksud saya yang sebenarnya, dengan harapan dia akan bertanya lebih jauh tentang maksud pernyataan saya tentang penelitian. “Saya berasal dari salah satu LSM International yang diutus untuk melakukan penelitian dan belajar tentang pesisir kabupaten Bone yang terkenal dengan sejarah dan ketangguhan pelautnya”, sambung saya.
Dari situlah mulai perbincangan di antara kami sesama penumpang. Bahkan sopirpun tak kalah semangatnya bercerita tentang wilayah pesisir, sebagai kampung yang membesarkannya.
Pak Surianto, kemudian bercerita bahwa dia juga bertempat tinggal di salah satu kampung pesisir, persisnya di Mare’ kecamatan Tanete Riattang Timur. Menurutnya, ada sekitar 5 kecamatan pesisir di kabupaten Bone. Namun ditambahkan oleh penumpang lainnya, 2 kecamatan pesisir lainnya, dan tidak dibantah oleh pak Surianto. Beberapa nama kecamatan disebutkan oleh mereka bahkan juga beberapa desa dan kelurahan yang namanya sudah pernah saya baca di profil kabupaten Bone (Website Kab Bone) namun tidak bisa saya hafal nama-namanya.
Cerita berlanjut tentang keadaan suhu politik di kabupaten Bone, yang mulai ramai diperbincangkan tentang mulai munculnya beberapa orang kandiat yang siap maju memimpin kabupaten Bone. Disebutkan beberapa nama tokoh/pejabat yang mulai ramai diperbincangkan oleh khalayak dan sering dimediakan oleh Pers lokal. Salah satu koran lokal yang aktif memberitakan tentang kejadian-kejadian di kabupaten Bone adalah “RADAR BONE”- salah satu anggota Fajar Group.
Selain itu, saya juga mendapatkan beberapa tips dalam berkomunikasi dengan orang-orang penting di Bone. Diantaranya tentang panggilan “Puang” atau “Karaeng” bila memanggil orang-orang yang berpengaruh. Demikian pula sebutan kepada Camat atau Kepala Desa yang dipanggil “PETTA Camat” dan “PETTA Desa”.
Sekitar pukul 22.30 malam, mobil yang kami tumpangi akhirnya memasuki kota Bone. Saya mulai bisa merasakan denyut nadi kehidupan kota Bone. Di sepanjang jalan, terlihat gedung-gedung perkantoran dan bangunan ruko yang saling berdampingan dengan rumah-rumah penduduk.
Setelah mengantar para penumpang ke masing-masing rumahnya, saya mendapat giliran terakhir yang diantar oleh Sopir. Menurut sopir yang mengantar saya, jarak ke lokasi tempat saya akan turun, berjarak kurang lebih 7 km dari pusat kota. Saya dimintai ongkos angkut sebesar Rp. 50.000,- sama dengan informasi yang saya peroleh dari Aliyas.
Pukul 23.00 Wita, saya tiba di rumah Aliyas, yang tepat berada di depan Sekolah SMA 5 Watampone. Rumah Aliyas, merupakan rumah BTN yang ditempatinya baru 2 tahun terakhir bersama isteri dan 2 orang anaknya yang masih umur Balita. Di depan rumahnya, ada Kios sebagai tempat berjualan ATK, Foto Copy, dan Pengetikan Komputer + Print. Di samping rumahnya, saya juga melihat beberapa motor terparkir di depan sebuah Ruko yang memberikan layanan Internet.
Setelah beramah tamah sejenak dengan Aliyas, saya lalu diajak ke kamar depan untuk beristirahat. Di kamar itu saya melihat sebuah kasur tanpa ranjang, dengan sebuah lemari yang di atasnya ditaruh beberapa boneka, dan di dinding kamarnya tertempel gambar poster anak-anak. Saya menebak, kamar tersebut adalah kamar tidur anaknya. Tidak ada pintu pada kamar itu dan hanya ditutup dengan kain gorden. Saya juga ditunjukkan sebuah kamar mandi, pas disamping kamar tidur Aliyas. Dengan ditemani sebuah kipas angin kecil, saya melepaskan kepenatan dan berbaring tidur, setelah sebelumnya menghubungi keluarga mengabarkan keadaan saya yang telah tiba dengan selamat di lokasi tujuan.
Welcome to Bone Rahman.
 
Copyright © 2012 API BONE
apibone@yahoo.com /e-mail