Issu Pengarus Utamaan Gender (PUG)semakin mendapatkan
perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bone. Kepala Bappeda & Statistik
Kabupaten Bone selaku Ketua Pokja PUG dalam laporan pengantarnya pada pertemuan
Penguatan Kelembagaan Pokja PUG di kantor Bappeda Bone, 8 November 2012,
mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Bone pada tahun ini telah memiliki
strategi baru untuk mendorong issu PUG agar lebih terintegrasi baik di antara
SKPD maupun dengan Lembaga Swadaya Masyarakat. Pokja PUG yang telah terbentuk
sejak tahun 2011, akan direvisi kembali strukturnya.
H.Irwansyah yang juga adalah Ketua Tim Koordinasi Program
Adaptasi Perubahan Iklim kabupaten Bone mengatakan bahwa baru-baru ini dia
mengikuti kegiatan Penguatan Kapasitas Kelembagaan & Pengarusutamaan Gender
yang di adakan oleh CARE International Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa,
issu Gender telah menjadi issu global yang harus mendapat perhatian utama
seperti halnya Issu Kemiskinan.
Pertemuan Pokja PUG dihadiri oleh anggota Kelompok PUG dari
beberapa SKPD terkait, khususnya dari leading sektor PUG yakni Kantor
Pemberdayaan Perempuan dan Anak.
Wakil Ketua DPRD kabupaten Bone, A. Asia Pananrangi turut
hadir memberikan pengarahan. Dia mengkritisi kinerja Kantor Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (PPA) yang dianggapnya tidak maksimal. Sejumlah anggaran
yang digelontorkan menjadi sia-sia, karena tidak signifikan dengan realitas di
lapangan. Demikian pula, P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan
& Anak) juga dinilainya tidak ada kemajuannya, sehingga disarankan untuk
mengajukan penganggaran untuk optimalisasinya, dimana di kantor PPA dibangun
sekretariatnya. Apalagi, dengan Kepala yang baru sekarang, tidak ada alasan
lagi bagi kantor PPA untuk tidak berubah meningkatkan kinerjanya.
Andi Asia Pananrangi yang juga merupakan Pendiri LPP
(Lembaga Pemberdayaan Perempuan) kabupaten Bone, yang merupakan salah satu
Mitra Lokal program BCRCC, melaporkan bahwa dia sudah dua kali diundang oleh BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur
Indonesia) di Makassar untuk sharing pengalaman dalam mendorong Pengarusutamaan
Gender di kabupaten Bone, dimana banyak ditampilkan praktik cerdas dari
beberapa daerah, yang dianggapnya sebenarnya cukup sederhana, namun dapat memberikan
perubahan di masyarakat. Oleh karena itu, dia berharap, Kantor PPA Bone, juga
memiliki beberapa pilot project terkait PUG.
Ditambahkan pula oleh H. Irwansyah bahwa tidak perlu membuat
program yang ambisius namun tidak dapat direalisasikan, cukup memilih beberapa
desa tertentu saja, dan digarap dengan baik, sehingga mampu menginspirasi desa
lainnya untuk mempraktekkannya. Contohnya, di Program Adaptasi Perubahan Iklim,
hanya memilih beberapa desa percontohan demplot, sehingga Program bisa lebih
fokus memonitoring pelaksanaannya, pada akhirnya nanti, lokasi percontohan
tersebut dapat menginspirasi desa lainnya. Karena harus diakui, salah satu pola
fikir masyarakat Bone adalah memiliki sifat “latah”, mudah berubah bila melihat
ada contoh keberhasilan.
Kesimpulannya, Pengembangan PUG kedepannya akan dimulai
dengan mendorong adanya regulasi tentang PUG, ada vocal point di masing-masing
SKPD yang akan mendorong mekanisme Perencanaan dan Penganggaran Responsif
Gender, Restrukturisasi kelembagaan Pokja PUG dan Pembentukan Tim Analisis ARG
(Anggaran yang Responsif Gender). (RaRa.08.11.2012)
Posting Komentar