BREAKING NEWS

Profil

Berita Acara

Bappeda Bone

Rabu, 20 Maret 2013

Musyawarah Pembudidaya Rumput Laut di Desa Unra


Rombongan Tim Teknis Kabupaten Bone didampingi Tim Fasilitator Pendamping Kelompok


 Ketua Tim Teknis Program Adaptasi Perubahan Iklim kabupaten Bone, Drs. A. Zainal,M.Si yang juga adalah Kepala Bidang Pengendalian dan Evaluasi Bappeda & Statistik Kab. Bone didampingi beberapa orang stafnya melakukan kunjungan langsung ke lokasi Mini Project Seaweed-Demplot Percontohan Budidaya Rumput Laut binaan CARE Indonesia.

Salah satu lokasi yang dikunjungi adalah Kelompok “Sabbang” di Desa Unra kecamatan Awangpone. Kehadirannya bertepatan dengan pelaksanaan Musyawarah Kelompok yang dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Februari 2013 di rumah salah seorang Pengurus Kelompok di Dusun Malela.

Tentu saja, kedatangan rombongan Monev dari kabupaten memberikan kejutan tersendiri baik bagi Tim Fasilitator maupun bagi warga yang sedang bersiap-siap menggelar musyawarah. Maka didaulatlah Andi Zainal untuk memberikan sepatah kata di hadapan seluruh warga yang hadir.

“Saya sangat bersyukur dapat melihat langsung aktivitas yang dilakukan oleh Kelompok Sabbang. Kegiatan Musyawarah adalah hal yang sangat bagus dilaksanakan untuk membicarakan berbagai permasalahan yang dihadapi kelompok dan anggotanya, serta untuk mencari solusi bersama dan merencanakan berbagai kegiatan ke depannya,” sambut Andi Zainal.
Suasana Musyawarah Kelompok Sabbang Desa Unra Kec Awangpone

Pada hari itu, Kelompok Sabbang membahas perkembangan Rumput Laut anggotanya termasuk pengelolaan Demplot Rumput Laut binaan CARE Indonesia.
Menurut salah seorang Pengurus bernama Abdul Muin, bahwa bantuan perlengkapan Demplot rumput laut telah diterima dan dimanfaatkan. Dari 100 bentangan tali yang ditanam dan dipelihara, sebanyak 69 bentangan siap dipanen untuk dikeringkan dan dijual, sisanya 31 bentangan akan dijadikan bibit untuk Siklus berikutnya.

Permasalahan utama yang dialami rumput laut pada siklus pertama, adalah sejumlah tali bentangan tidak terentang dengan kuat, sehingga mengalami kekendoran dan tenggelam, akibatnya dipenuhi “lumut dan kerang-kerang”. Bahkan ada tali yang putus, hal itu juga dipengaruhi oleh pelampung botol yang digunakan adalah botol kecil, juga ditemukan indikasi adanya pengeboman oleh nelayan penangkap ikan.

Selain itu anjuran untuk melakukan penimbangan bibit di awal tanam tidak dilakukan. “Mungkin karena anggota terlalu bersemangat, sehingga terburu-buru dibawa ke laut, dan sulit lagi diatur bila sudah tertanam,” ungkap Ihsan, Fasilitator pendamping. “tapi, di Minggu kedua sudah dilakukan perbaikan, dengan melakukan penandaan pada beberapa titik yang akan dikontorol setiap minggu,” tambahnya.

Ditambahkan pula oleh H. Muh. Tang, Ketua Kelompok, bahwa pada siklus pertama, ada perbedaan perkembangan antara rumput laut yang diikat dengan jarak 20 cm dengan 10 cm. Rumput laut yang berjarak 20 cm memiliki batang-batang yang besar namun mudah terjatuh, sementara yang berjarak 10 cm, batangnya kecil tapi panjang-panjang. Sementara hasil panen ketika di timbang, yang berjarak 20 cm rata-rata beratnya satu tali bentangan yang memiliki panjang 17 depa rata-rata beratnya 22 kg, sementara yang berjarak 10 cm beratnya 36 kg. 

Terkait dengan itu, Tim Fasilitator CARE mencoba memaparkan pula hasil Monev beberapa hari yang lalu untuk dijadikan bahan evaluasi pula, termasuk pentingnya pencatatan dan pembuatan aturan kelompok, sehinga pengelolaan Demplot pada siklus berikutnya dapat lebih baik.
Foto Bersma di depan Sekretariat Kelompok Sabbang Desa Unra pasca Musyawarah Kelompok

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 API BONE
apibone@yahoo.com /e-mail