Rombongan Tim Teknis Kabupaten Bone didampingi Tim Fasilitator Pendamping Kelompok |
Ketua
Tim Teknis Program Adaptasi Perubahan Iklim kabupaten Bone, Drs. A. Zainal,M.Si
yang juga adalah Kepala Bidang Pengendalian dan Evaluasi Bappeda &
Statistik Kab. Bone didampingi beberapa orang stafnya melakukan kunjungan
langsung ke lokasi Mini Project Seaweed-Demplot Percontohan Budidaya Rumput
Laut binaan CARE Indonesia.
Salah
satu lokasi yang dikunjungi adalah Kelompok “Sabbang” di Desa Unra kecamatan
Awangpone. Kehadirannya bertepatan dengan pelaksanaan Musyawarah Kelompok yang
dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Februari 2013 di rumah salah seorang Pengurus
Kelompok di Dusun Malela.
Tentu
saja, kedatangan rombongan Monev dari kabupaten memberikan kejutan tersendiri
baik bagi Tim Fasilitator maupun bagi warga yang sedang bersiap-siap menggelar
musyawarah. Maka didaulatlah Andi Zainal untuk memberikan sepatah kata di
hadapan seluruh warga yang hadir.
“Saya
sangat bersyukur dapat melihat langsung aktivitas yang dilakukan oleh Kelompok
Sabbang. Kegiatan Musyawarah adalah hal yang sangat bagus dilaksanakan untuk
membicarakan berbagai permasalahan yang dihadapi kelompok dan anggotanya, serta
untuk mencari solusi bersama dan merencanakan berbagai kegiatan ke depannya,”
sambut Andi Zainal.
Suasana Musyawarah Kelompok Sabbang Desa Unra Kec Awangpone |
Pada
hari itu, Kelompok Sabbang membahas perkembangan Rumput Laut anggotanya
termasuk pengelolaan Demplot Rumput Laut binaan CARE Indonesia.
Menurut
salah seorang Pengurus bernama Abdul Muin, bahwa bantuan perlengkapan Demplot
rumput laut telah diterima dan dimanfaatkan. Dari 100 bentangan tali yang ditanam
dan dipelihara, sebanyak 69 bentangan siap dipanen untuk dikeringkan dan
dijual, sisanya 31 bentangan akan dijadikan bibit untuk Siklus berikutnya.
Permasalahan
utama yang dialami rumput laut pada siklus pertama, adalah sejumlah tali
bentangan tidak terentang dengan kuat, sehingga mengalami kekendoran dan
tenggelam, akibatnya dipenuhi “lumut dan kerang-kerang”. Bahkan ada tali yang
putus, hal itu juga dipengaruhi oleh pelampung botol yang digunakan adalah
botol kecil, juga ditemukan indikasi adanya pengeboman oleh nelayan penangkap
ikan.
Selain itu anjuran untuk melakukan penimbangan bibit di awal tanam tidak
dilakukan. “Mungkin karena anggota terlalu bersemangat, sehingga terburu-buru
dibawa ke laut, dan sulit lagi diatur bila sudah tertanam,” ungkap Ihsan,
Fasilitator pendamping. “tapi, di Minggu kedua sudah dilakukan perbaikan,
dengan melakukan penandaan pada beberapa titik yang akan dikontorol setiap
minggu,” tambahnya.
Ditambahkan
pula oleh H. Muh. Tang, Ketua Kelompok, bahwa pada siklus pertama, ada
perbedaan perkembangan antara rumput laut yang diikat dengan jarak 20 cm dengan
10 cm. Rumput laut yang berjarak 20 cm memiliki batang-batang yang besar namun
mudah terjatuh, sementara yang berjarak 10 cm, batangnya kecil tapi
panjang-panjang. Sementara hasil panen ketika di timbang, yang berjarak 20 cm
rata-rata beratnya satu tali bentangan yang memiliki panjang 17 depa rata-rata
beratnya 22 kg, sementara yang berjarak 10 cm beratnya 36 kg.
Terkait
dengan itu, Tim Fasilitator CARE mencoba memaparkan pula hasil Monev beberapa
hari yang lalu untuk dijadikan bahan evaluasi pula, termasuk pentingnya
pencatatan dan pembuatan aturan kelompok, sehinga pengelolaan Demplot pada
siklus berikutnya dapat lebih baik.
Foto Bersma di depan Sekretariat Kelompok Sabbang Desa Unra pasca Musyawarah Kelompok |
Posting Komentar