Saharuddin berdiri menatap tali bentangan rumput lautnya yang rusak |
Wajah Saharuddin (27 tahun) tertunduk lesu, matanya sayu,
tangannya bergetar ketika mengangkat tali bentangan rumput laut yang sudah
dipeliharanya selama 3 minggu. Sebanyak 32 tali bentangan yang disebarnya,
rusak. Jiwanya terpukul, ini adalah usahanya yang ketiga kali.
Lokasi yang ditempatinya berbudidaya rumput laut, selama ini
memang belum pernah ada yang mencoba menanami rumput laut, karena selain berada
tepat di ujung muara sungai Walanae Cenrana, akhir-akhir ini kondisi cuaca
sering berubah-ubah, dan di sisi
keterampilan berbudidaya mereka juga termasuk pemula.
Setelah CARE Indonesia masuk melalui Mini Project Seaweed,
dia bersama beberapa orang warga Desa Latonro telah diajarkan cara berbudidaya
rumput laut dan mendapatkan sejumlah bantuan peralatan dan bibit. Hal tersebut
memacu jiwa mudanya untuk berani mencoba.
Dengan dibantu oleh warga Desa Kajuara yang sudah
berpengalaman berbudidaya rumput laut, bersama anggota kelompok Permata Hijau
yang dipimpinnya, mereka belajar dari nol. Suardi dan Hasbi yang menjadi
relawan pengajar dari Desa Kajuara tak pernah berhenti menyemangati mereka,
bahwa untuk berhasil, memang butuh perjuangan, kadang harus mengalami kegagalan
beberapa kali, tapi jika sabar dan tekun, akan ada suatu waktu, keberhasilan
itu akan tiba.
Saharuddin kembali bersemangat, tali bentangan yang belum
membuahkan hasil, ditariknya keluar dari laut, dibersihkan, dan dia bersama
kawan-kawannya tetap melanjutkan perjuangan. Menebar harapan pada samudera. Bertahan
dari ancaman Perubahan Iklim.
“JANGAN PATAH SEMANGAT KAWAN!,”
Posting Komentar