Foto Bersama Peserta Perwakilan CARE Indonesia |
Kunjungan kedua terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya di bulan Agustus 2013, saat dilakukan Cross Learning Visit Indonesia &Thailand. Saya ikut bersama rekan-rekan Fasilitator yang mendampingi Pemerintah dan Komunitas Pesisir lokasi program di kabupaten Bone, Wajo, Luwu dan Luwu Utara provinsi Sulawesi Selatan.
Pada kunjungan ketiga ini, saya mengikuti Konfrensi International tentang Adaptasi Perubahan Iklim berbasis masyarakat (International Confrence Community Based Climate Change Adaptation : Practical Expereinces from coastal south asia, 23-24 Januari 2014, yang dilaksanakan di Holiday Inn Bangkok Siloam, Thailand. Meskipun kondisi Bangkok Thailand saat ini sedang diguncang demonstrasi, hingga beberapa kali panitia mewanti-wanti peserta untuk berhati-hati memilih tujuan “jalan-jalan”, namun tetap dapat terlaksana sesuai yang diharapkan.
Pada moment kunjungan kali ini, seluruh kawan-kawan anggota Tim Fasilitator mendapat kesempatan yang sama untuk ikut menjadi peserta aktif. Sungguh amat berbahagia memperoleh kesempatan langka ini, bisa belajar, berdiskusi dan berdialog bersama orang-orang dari beragam profesi dan lintas Negara.
Begitu banyak inspirasi yang lahir dari orang-orang yang berfikiran besar dan positif. Ilmu dan pengalaman yang mereka punyai tidak hanya dimiliki sendiri. Tapi juga dibagi kepada orang lain yang membutuhkan. Sekecil apapun itu gagasan ataupun juga karya, tetaplah bernilai.
Secara pribadi, saya menangkap kesan positif pada mereka yang saling berbagi. Mungkin waktunya hanya beberapa menit saja, tapi bagi partisipan, hal itu akan memberi mereka inspirasi seumur hidup. Niat mereka mulia, para pembicara dari Pejabat Pemerintah, aktivis LSM, Ilmuwan, bahkan komunitas berdialog secara kritis bagaimana menyusun sebuah konsep dan strategi berkelanjutan dalam memperkuat ketahanan masyarakat pesisir dari dampak negative perubahan iklim.
Ini bukan pekerjaan mudah, sebab strategi Adaptasi Perubahan Iklim berbasis komunitas mendorong terjadinya kolaborasi multipihak dan lintas Negara. Pengetahuan tradisional tentang iklim sebagai kearifan local di masyarakat, tidak mampu lagi memprediksi cuaca secara tepat. Dibutuhkan klarifikasi dari pengetahuan moderen yang berbasis teknologi. Di sinilah tantangan bagi para perencana daerah untuk mampu mengintegrasikan aktivitas adaptasi perubahan iklim ke dalam mekanisme perencanaan lingkungan dan bencana.
Selain saya, juga ikut kawan-kawan District Facilitator dari Wajo (Nurtang Gani), Luwu (Ikhsan Mahfud), Luwu Utara (Mukri Muslimin), serta dari Community Facilitator yakni Aliyas (Bone), Asnita Riko (Luwu), Adriani Arief (Wajo). Dari perwakilan Pemerintah, hadir Wakil Bupati Luwu Utara (Indah Pratiwi), Kepala Bappeda Luwu Utara (Bambang Irawan), Irwansyah Syahruddin (Pemkab Bone), Sukisno (BMKG Wil IV Makassar).
Ada sekira 11 orang rombongan yang berangkat bersama. Sementara sehari sebelumnya, utusan CARE Indonesia, Leonardy Sambo (PM BCR CC) dan Rieneke Rolos, tiba lebih dahulu di Bangkok (21/01/2014) untuk membantu Katrin Von Der Dollen (Project Coordinator BCR CC Thailand and Indonesia) dan Helen Vanwel (Country Director CII) dalam mempersiapkan pelaksanaan Konfrensi.
Selama dua hari, kami mendengarkan pemaparan dari Praktisi, para ilmuwan dan pejabat pemerintah dari negara-negara Asia Tenggara yang berbagi pembelajaran kepada perwakilan komunitas, lembaga pemerintah, LSM, lembaga penelitian tentang adaptasi berbasis masyarakat di wilayah pesisir dalam 4 kelompok tematik kunci yang fokus pada pelajaran dari penilaian kerentanan, informasi iklim, akses dan distribusi informasi iklim dan pengarusutamaan adaptasi perubahan iklim ke dalam proses perencanaan.
Terima kasih kepada CARE International Indonesia yang telah memberi kesempatan berharga ini.
Posting Komentar