BREAKING NEWS

Profil

Berita Acara

Bappeda Bone

Selasa, 17 April 2012

Wawancara dengan A. Asdar-Faskec Tonra

HASIL WAWANCARA DENGAN FASILITATOR CVCA
Nama Responden
:
A.ASDAR
Alamat Responden
:
Desa Bulu-bulu Kec. Tonra Kab. Bone
Status
:
Menikah
Tempat dan Tanggal Lahir
:
Bone, 31 Desember 1969
Pekerjaan Sekarang
:
Fasilitator PNPM
Jabatan di Program Assesment
:
Fasilitator CVCA/ Koordinator Kecamatan Tonra
Waktu Wawancara
:
Di beberapa kesempatan bertemu dan via telepon tanggal 19 Desember 2011
Pengantar Wawancara
Hasil Wawancara dengan responden kali ini, merupakan gabungan dari beberapa pertemuan dan ditambah dengan wawancara resmi via telephon pada tanggal 19 Desember 2011.
Hasil Wawancara

Motivasi bergabung

Dia mengaku tertarik bergabung dengan CARE sebagai Fasilitator CVCA pada program Adaptasi Perubahan Iklim karena mendengar namanya yang merupakan salah satu LSM International yang memiliki misi kemanusiaan untuk membantu masyarakat miskin di seluruh dunia. Pada saat dihubungi oleh Camat Tonra meminta kesediaannya menjadi Fasilitator Kecamatan, dia langsung mengiyakan dan siap mengawal program tersebut di kecamatan Tonra.

Setelah mengikuti pelatihan CVCA di Wisma Cempaka beberapa waktu yang lalu, dia makin tertarik, ternyata LSM CARE programnya bagus karena fokus pada memperjuangkan nasib kaum marginal dan berbicara tentang  perubahan iklim yang menjadi masalah utama masyarakat di daerah pesisir.

Misi kemanusiaan yang diusung oleh CARE menjadi daya tarik bagi dirinya, karena dia sendiri senang dengan kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat langsung dan bisa mendampingi masyarakat mengatasi masalahnya.

Hambatan dan Tantangan

Menurutnya, salah satu hambatan menjadi Koordinator Kecamatan adalah masalah transportasi. Jarak antara desanya dengan kota Watampone, cukup jauh memakan waktu kurang lebih sejam, sementara motor yang dikendarainya sudah tua dan sering mogok. Pengalaman yang paling berkesan saat mau mengikuti pertemuan CARE di kota Watampone, dan dia terlambat gara-gara ban motornya bocor dan dia harus mendorong jauh sampai menemukan bengkel tambal ban. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya dan tetap menghadiri pertemuan tersebut.

Namun, tantangan yang sesungguhnya adalah membangun koordinasi dengan Pemerintah dan meyakinkan masyarakat tentang Program. Awalnya dia merasa was-was apakah masyarakat bisa hadir pada kegiatan FGD yang dilaksanakan, apakah masyarakat bisa memberikan informasi yang dibutuhkan. Patut disyukurinya bahwa dukungan Pemerintah Desa dan Kecamatan cukup besar, sehingga Tim Fasilitator lebih mudah untuk meyakinkan masyarakat.

Selama memfasilitasi kegiatan FGD bersama kawan-kawan lainnya, hambatan yang paling dirasakan adalah bagaimana membuat masyarakat mau bicara, karena terkadang ditemukan masyarakat yang vakum dan hanya mau jadi pendengar saja, bahkan mengiyakan saja apa yang disampaikan oleh peserta FGD lainnya. Ada juga malah yang terlalu pro aktif atau terlalu vokal hingga mau menguasai pembicaraan dan merasa lebih pintar dari peserta FGD lainnya.

Oleh karena itu, dia bersama kawan-kawan fasilitator lainnya, senantiasa membangun komunikasi dan melakukan briefing sebelum melakukan FGD serta berbagi peran untuk saling mendukung. Pada suatu saat bertindak sebagai fasilitator, dan pada sesi lainnya bertindak sebagai notulen. Setelah kegiatan FGD dilakukan, mereka melalukakan pertemuan untuk mengevaluasi proses fasilitasi sebelumnya agar dapat dilakukan perbaikan untuk fasilitasi berikutnya.

Pembelajaran

Ada yang menarik dari pengalaman menjadi Fasilitator CVCA, pada sebuah Desa yang difasilitasi, ada seorang tokoh masyarakat yang heran, karena pada saat berkumpul dan melakukan pertemuan FGD, bertanya kepada Fasilitator, siapa yang menjadi narasumber dari kegiatan FGD tersebut. Karena menurut pengalaman tokoh masyarakat tersebut, biasanya kalau ada program yang masuk, dilakukan sosialisasi dan masyarakat hanya menjadi pendengar saja, dan narasumbernya dari Fasilitator atau Pejabat Pemerintah, kalaupun ada tanya jawab waktunya terbatas. Sementara di program CARE tersebut, masyarakat yang malah disuruh banyak berbicara, dan fasilitator lebih banyak bertanya.

Pengalaman tersebut, menjadi pembelajaran bagi dirinya, bahwa ternyata masyarakat akan lebih merespon sebuah program apabila mereka dilibatkan dari awal, dan diberi kesempatan untuk berbicara tentang apa yang mereka ketahui dan rasakan, selain itu koordinasi dengan Pemerintah juga penting untuk menjaga jalur komunikasi dan mendapatkan kelancaran dukungan di lapangan.


Dukungan Pemerintah Kecamatan dan Desa

Dia sangat bersyukur, bahwa perhatian Pemerintah Kecamatan dan Desa sangat besar pada kegiatan Assesment. Selain, karena beberapa Pejabat Pemerintah masih dalam satu rumpun keluarga besar, hal lainnya karena, pemerintah sudah mengetahui dari awal maksud dan tujuan program tersebut, dan selalu mendapat undangan di kabupaten apabila ada kegiatan pelatihan atau pertemuan. Jadi Tim Fasilitator merasa terbantu dalam mensosialisasikan program kepada masyarakat. Apalagi pada saat penentuan Desa lokasi program, Camat mengundang seluruh Kepala Desa dan Lurah dalam penentuan lokasi berdasarkan kriteria yang telah disepakati bersama, dan juga dilakukan sosialisasi awal tentang tahapan program yang akan melakukan assesment di desa nantinya.



































 
Copyright © 2012 API BONE
apibone@yahoo.com /e-mail