BREAKING NEWS

Profil

Berita Acara

Bappeda Bone

Selasa, 17 April 2012

Wawancara dengan A. Diah Asma Sari-Fasdes Kading

HASIL WAWANCARA DENGAN FASILITATOR CVCA
Nama Responden
:
A.Diah Asma Sari,S.Sos
Pendidikan Terakhir
:
S1 Universitas Hasanuddin, Jurusan Komunikasi, Program Study Jurnalistik
Alamat Responden
:
Desa Kading Kecamatan Awangpone Kab. Bone
Status
:
Belum Menikah
Tempat dan Tanggal Lahir
:
Watampone, 25 Desember 1988
Pekerjaan Sekarang
:
Tidak Ada
Jabatan di Program Assesment
:
Fasilitator CVCA Desa Kading
Waktu Wawancara
:
Minggu, 19 Desember 2011 ( Via Telepon)
Jam 12.00 – 13.00 Wita
Pengantar
Pada saat Pewawancara menghubungi dirinya, dia sedang berada di Makassar sedang memperjuangkan nasibnya untuk mendapatkan pekerjaan di beberapa perusahaan yang ada di Makassar. Setelah lulus kuliah pada tahun 2011, dia kembali ke kampungnya dan ikut membantu saudaranya (Perempuan) yang kebetulan adalah Kepala Desa Kading.

Hasil Wawancara
DSC03320.JPGAndi Diah Asma Sari merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara. Orangtuanya adalah penduduk asli Desa Kading dan Ibunya adalah orang Jawa. Ayahnya merupakan mantan Kepala Desa Kading 2 periode, dan sekarang ini dilanjutkan oleh Kakak Perempuannya.

Sebagai putra mantan Kepala Desa dan sebagai saudara dari Kepala Desa, dia merasa bertanggungjawab terhadap masa depan desanya. Oleh karena itu, ketika ada permintaan dari CARE untuk mengirimkan Fasilitator Desa, dan ditawari oleh Saudaranya yang Kepala Desa itu, dia langsung menerimanya dengan senang hati.

Setelah menamatkan kuliah pada tahun 2011, dia belum memiliki pengalaman kerja, selain menjadi Surveyor untuk mendata anak cacat di kabupaten Bone atas kerjasama dengan Dinas Sosial.
Pengalaman memfasilitasi atau menjadi Fasilitator CVCA adalah pengalaman pertama baginya.

Dia merasa beruntung mendapat kesempatan yang disebutnya “kesempatan langka” memperoleh ilmu dan pengetahuan baru tentang Perubahan Iklim. Kegiatan memfasilitasi sesungguhnya adalah mempraktekkan ilmu komunikasinya, namun bagaimanapun kemampuan menguasai bahasa lokal turut mempengaruhi kelancaran fasilitasi.

Walaupun dia berasal dari desa Kading dan sekolah di Kota Watampone, karena kebiasaan menggunakan bahasa Indonesia di rumah dan disekolah, membuat dia tidak bisa dengan lancar menggunakan bahasa BUGIS yang menjadi bahasa lokal masyarakat desa. Kalaupun dia menggunakan bahasa bugis, hal itu sangat terbatas, sehingga lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia, untungnya dia bergabung bersama kawan-kawan Fasilitator yang dianggapnya sebagai “KAKAK” yang terus memberikan semangat dan memberikan dukungan.


Pengalaman Memfasilitasi

Pengalaman lainnya yang ditemui adalah tingkat pendidikan di masyarakat pesisir yang masih rendah dalam memahami maksud dari pertanyaan yang diajukan, terutama pada Tools Rentang Waktu Sejarah Desa.  Kaum perempuan masih sulit mengingat kejadian-kejadian di masa lalu yang terkait kerentanan iklim. Namun ternyata hal itu disebabkan oleh istilah yang termuat dalam pertanyaan kunci yang dinilainya masih terlalu formal bahasanya dan perlu dicarikan padanan kata yang sederhana, kalau perlu mencari kata lokal yang bisa menjelaskan maksudnya.

Dukungan Pemerintah Desa dan Masyarakat

Tidak dapat dipungkiri, bahwa peranan Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkatnya) sangat besar selama kegiatan Assesment berlangsung. Selain karena mereka yang lebih tahu kondisi warganya, Pemerintah Desa berperan memobilisasi warga untuk mengikuti Pertemuan FGD serta memfasilitasi tempat pelaksanaan.

Tanggapan masyarakat juga sangat tinggi. Bahkan di komunitas Daratan desa Kading, masyarakat telah hadir dan datang sebelum waktu pelaksanaan di lakukan.  Mereka senang bercerita karena tidak digabung bersama kaum laki-laki yang kadang suka mendominasi pembicaraan. Dengan difasilitasi oleh sesama kaumnya, mereka bebas bercerita tentang kehidupannya.

Kerentanan Iklim

Khusus di daerah pesisir, ancaman banjir masih menjadi musuh terbesar bagi masyarakat, karena terjadi setiap tahun, yang berdampak pada kegagalan panen tambak. Ikan yang dipelihara hanyut terbawa arus banjir.

Sementara di daerah daratan pada lokasi dekat jembatan desa Kading,  pernah ada 1 orang yang meninggal, dan ada 2 rumah yang rumahnya tergenang air. Sulitnya mengakses jalan membuat mereka susah menyelamatkan diri dan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Rekomendasi Untuk CARE

Pada sesi akhir wawancara, dia menitipkan harapan agar apa yang telah dilakukan dapat ditindaklanjuti dengan tidak lupa untuk selalu melibatkan masyarakat dan pemerintah dalam mendisain program mengatasi dampak perubahan iklim.






 
Copyright © 2012 API BONE
apibone@yahoo.com /e-mail